Rabu, 22 September 2021

Pustaka Tentang Fotografi: (Unggah-Ungguh) Atawe Etika dalam Fotografi (Tulisan Episode Kedua)


Portrait - Dalam Hitam dan Putih
pustakasenjatadanfotografi.blogspot.com

Pustaka kali ini akan membahas secara singkat, tentang catatan ringkas dan pendek dari seorang (yang bukan) fotografer, mengenai penjabaran super singkat, tentang beberapa etika aatau "unggah-ungguh" yang harus dimiliki oleh fotografer pemula (seperti saya) maupun fotografer kawakan, yang rasa-rasanya, harus alias wajib diterapkan dalam dunia fotografi. Dan artikel tersebut tertuang dalam tulisan yang sangat menarik berjudul: "(Unggah-Ungguh) Atawe Etika dalam Fotografi (Tulisan Episode Kedua)". Dan berikut ini adalah artikel singkatnya:

Kalau sebelumnya, kesalahan yang dibahas adalah "Gimana Seharusnya (fotografer dalam bersikap)?", maka kali ini yang akan dibahas adalah etika jeprat-jepret berupa mood dan komunikasi. Dan ini adalah penjabarannya:

Fotografi adalah media ekspresi diri seniman foto, tetapi juga media foto dokumenter. Yang umum terjadi adalah kesalahan identifikasi, orang awam yang menghadapi orang yang membawa kamera, lalu langsung menganggapnya sebagai fotografer kawakan. Padahal hasil karya dari dari kedua spesies ini bakalan beda seperti langit dan bumi. 

Meski waktu pemotretan, peralatan dan subjeknya bisa “plek” seratus persen, hasil yang didapat bisa beda, karena pendekatan dan perlakuan masing-masing terhadap subjek berbeda. Pendekatan dan perlakuan ini berbeda karena sikap fotografernya juga beda. 

Fotografer yang telah menyeleksi sikapnya akan menanggapi subjek fotonya dengan melakukan seleksi peralatan dan teknik yang berbeda dalam pemotretan. Seleksi sudut pandang, panjang lensa, kecepatan rana, penyinaran, zodiac, weton, hari baik, dan seabreg printilan ritual dan mantra lainnya. Sementara, yang bukan fotografer, akan langsung jeprat-jepret tanpa mempertimbangkan itu semua. Alhasil, walaupun yang difoto "mahluknya" sama, hasilnya akan terasa beda.

Berikut Beberapa Hal Yang Harus diperhatikan apabila kita akan melakukan pemotretan pada seorang model/mengambil sebuah gambar

Etika dalam fotografi:


Mood

Manusia selalu berhubungan dengan mood dan emosi. Jika seseorang tersebut memposisikan dirinya di pihak lain (model). Perlu kita tahu bahwa menjadi model itu ternyata super melelahkan. Pemotretan seringkali memakan waktu yang panjang, mulai dari persiapan, make up, wardrobe, assesories sampai ke proses pemotretan. Model harus mempertahankan pose dan ekspresi yang diinginkan fotografer untuk beberapa lama dan ini membutuhkan tenaga ekstra. 

Demikianlah artikel singkat ini. Untuk uraian yang lebih lengkap, dapat disimak di sini.

(artikel ini telah tayang di laman trisoenoe.com dengan judul asli: "(Unggah-Ungguh) Atawe Etika dalam Fotografi (Tulisan Episode Kedua)").

Artikel ditulis oleh: Tuntas Trisunu

Silahkan baca-baca berbagai artikel menarik di laman:

Sumber: 

Tag: 
#Fotografi #Fotografer #FG #Momod #kamera #Tips #Trik #Tips Fotografi #Trik Fotografi #Teknik Fotografi #Seni Fotografi #Aliran Fotografi #Genre Fotografi #Still Life Fotografi #Rule of third #Photo #Photography #Foto #BW #Model foto #Potret # Aliran fotografi #Bangunan bersejarah #Bangunan bersejarah di Jakarta Batavia #Food Photography #Foto hitam-putih #fotografer #Fotografi #Fotografi Abstrak #Fotografi Arsitektur #Fotografi Komersial #fotografi makanan #Fotografi Wajah #Gallery #Human Interest Photography #Jakarta #Jalan-jalan #Karya Foto #Sejarah Batavia #serba-serbi #Spot Fotografi #Street Photography #Teknik fotografi #Video Fotografi #Selfie #Toys Fotografi #Wedding Photography #Underwater Photography #Macro Photography #HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY #Lensa #Lensa Kamera #Kamera #DSLR #Mirrorless #Analog #Tripod #Kamera HP #Foto model #Komunitas fotografi #Sesi foto #Trik & Tips Fotografi #Aturan segitiga #Aturan segi empat #photoshop #Tallent #MUA, #Covid-19, #Corona Virus, #Isolasi Mandiri, #Pendemi Covid-19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar